A. MULAI DARI DIRI MODUL 1.4
Pada Mulai dari Diri, CGP menjawab beberapa pertanyaan tentang budaya positif di sekolah. Berikut adalah pertanyaan dan jawaban yang saya buat :
Apa pentingnya menciptakan suasana positif di lingkungan Anda?
Jawab : Menciptakan suasana positif di lingkungan sekolah kami bertujuan untuk membangun kenyamanan murid, sehingga murid akan lebih berani untuk mengeksplor dirinya dengan dukungan penuh dan tanpa judge negatif.
2. Sebagai seorang pendidik dan/atau pimpinan sekolah, bagaimana Anda dapat menciptakan suasana positif di lingkungan Anda selama ini?
Jawab : Suasana positif dapat tercipta dengan dukungan seluruh warga sekolah, seperti selalu mengapresiasi setiap prestasi murid, bersama-sama bersikap baik dan menaati peraturan yang berlaku tanpa ada pengecualian, memberikan dukungan dan bimbingan pada olimpiade sains, seni, dan olahraga, memfasilitasi kebutuhan murid dengan maksimal
3. Apakah hubungan antara menciptakan suasana yang positif dengan proses pembelajaran yang berpihak pada murid?
Jawab : Proses pembelajaran yang berpihak pada murid merupakan salah satu bentuk suasana positif, karena membuat murid jauh lebih berani untuk mengeksplor kepandaian yang mereka miliki karena merasa terfasilitasi dengan baik
4. Bagaimana penerapan disiplin saat ini di sekolah Anda, apakah sudah diterapkan dengan efektif, bila belum, apa yang menurut Anda masih perlu diperbaiki dan dikembangkan?
Jawab : Penerapan disiplin di sekolah saya cukup efektif. Contohnya : disiplin terhadap waktu diwujudkan dengan penutupan gerbang sekolah pada pukul 07.00, dan bagi murid yang terlambat, tidak dapat masuk dan mengikuti pembelajaran. Murid yg terlambat diwajibkan melakukan observasi di beberapa tempat dan menulis essay dan dikumpulkan keesokan harinya. Wali kelas juga diwajibkan menghubungi wali murid yang terlambat dan mengabarkan agar mereka pulang ke rumah tidak terlambat. Disiplin dalam mengumpulkan tugas juga sudah efektif diterapkan, yaitu jika tugas tidak dikumpulkan tepat waktu maka ada konsekuensi yang harus ditanggung oleh murid, namun tiap guru memiliki konsekuensi dan kesepakatan kelas yg berbeda
5. Selanjutnya Anda dapat melakukan pengamatan dan refleksi terhadap bagaimana kita dapat menciptakan sebuah budaya positif, dengan melakukan serangkaian kegiatan di bawah ini:
- Sediakan waktu khusus, pejamkan mata, dibantu musik instrumental yang sesuai, kemudian bayangkan sekolah impian Anda. Ingat kembali gambaran sekolah impian yang Anda tulis saat mempelajari modul 1.3. Bagaimana suasana sekolahnya? Bagaimana sikap gurunya? Bagaimana tutur kata guru? Bagaimana guru bersikap kepada murid-muridnya? Bagaimana sikap murid-muridnya, bagaimana mereka saling berinteraksi, terhadap Anda, sebagai pimpinan sekolah dan terhadap guru-guru yang lain?
- Untuk mewujudkan sekolah impian tersebut, bila Anda adalah seorang pemimpin di sekolah Anda, bagaimana Anda akan menciptakan sebuah lingkungan yang positif di sekolah Anda? Apa strategi yang akan Anda pilih?
Bagaimana Anda akan menerapkan disiplin positif, apa yang perlu kita lakukan terlebih dahulu? Tentunya, salah satu hal yang paling penting adalah kita perlu menghilangkan rasa takut dalam diri murid-murid sehingga mereka merasa aman dan nyaman berada di sekolah, dan bahwa membuat kesalahan adalah suatu proses pembelajaran itu sendiri. Hanya dengan demikian, semua murid dapat belajar dengan rasa tenang, tanpa tekanan dan nyaman.
Jawab :
- Saya membayangkan sekolah yang bersih dari sampah, murid yang terbiasa membuang sampah sekaligus memilah sampah, dan sadar lingkungan denga cara merawat lingkungan dimanapun dia berada. Saya membayangkan murid yang bertutur kata sopan, menghormati orang yang lebih tua, kreatif dalam menyelesaikan masalah, inovatif, dan memiliki pemikiran yang kritis sehingga akan mereka akan mudah bersaing di dunia kerja nantinya
- Jika saya menjadi pemimpin di sekolah saya, maka saya akan membiasakan murid-murid saya untuk sadar akan kebersihan lingkungan, dengan menerapkan kebiasaan bersih di sekolah seperti kesepakatan sekolah untuk menjaga kebersihan lingkungan bersama-sama dan jika ada yg melanggar maka akan menerima konsekuensinya. Namun, program ini tidak bisa saya lakukan sendiri, maka harus dilakukan bersama sama dengan guru, staf, dan tentu saja murid
6. Apa saja harapan-harapan yang ingin Anda lihat berkembang pada diri Anda, sebagai seorang pemimpin pembelajaran yang memiliki pengaruh pada warga sekolah, terutama murid-murid Anda setelah mempelajari modul ini?
Jawab : Saya berharap, saya sapat menciptakan dukungan dan lingkungan yang positif untuk murid-murid saya agar mereka nyaman dan menikmati pembelajaran di sekolah tanpa paksaan. Saya berharap saya juga dapat menciptakan pembelajaran yang dapat membuat murid nyaman dan enjoy, sehingga profil pelajar Pancasila murid dapat berkembang dengan baik
7. Apa saja harapan-harapan yang ingin Anda lihat berkembang pada murid-murid Anda setelah mempelajari modul ini?
Jawab : Harapan saya, murid memiliki seluruh elemen profil pelajar pancasila dalam diri mereka, dapat merasa nyaman dan enjoy saat melakukan pembelajaran di sekolah, dan mengembangkan minat bakat mereka dengan baik.
B. RUANG KOLABORASI MODUL 1.4
C. DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.4
Pada Demonstrasi Kontekstual, CGP melaksanakan praktik segitiga restitusi terhadap satu murid di sekolah CGP dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
- Buatlah skenario lengkap untuk melaksanakan praktik segitiga restitusi terhadap dua (2) kasus mengenai murid yang melanggar peraturan di sekolah Anda.
- Ajaklah satu murid Anda untuk melakukan praktik segitiga restitusi tersebut.
- Lakukan praktik segitiga restitusi. Minta tanggapan murid Anda mengenai perasaan mereka ketika Anda melakukan praktik segitiga restitusi itu.
- Rekamlah praktik segitiga restitusi sesuai dengan skenario yang telah dibuat beserta tanggapan dari murid Anda dalam bentuk video.
- Unggah video praktik segitiga restitusi ke kanal YouTube/Google Drive Anda dan sematkan tautannya pada LMS.
- Perhatikan rubrik penilaian untuk demonstrasi kontekstual yang telah disediakan dibawah.
D. KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.4
- Buatlah sebuah kesimpulan mengenai peran Anda dalam menciptakan budaya positif di sekolah dengan menerapkan konsep-konsep inti seperti disiplin positif, motivasi perilaku manusia (hukuman dan penghargaan), posisi kontrol restitusi, keyakinan sekolah/kelas, segitiga restitusi dan keterkaitannya dengan materi sebelumnya yaitu Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara, Nilai dan Peran Guru Penggerak, serta Visi Guru Penggerak.
- Buatlah sebuah refleksi dari pemahaman Anda atas keseluruhan materi Modul Budaya Positif ini dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
- Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep inti yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: disiplin positif, teori kontrol, teori motivasi, hukuman dan penghargaan, posisi kontrol guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi. Adakah hal-hal yang menarik untuk Anda dan di luar dugaan?
- Perubahan apa yang terjadi pada cara berpikir Anda dalam menciptakan budaya positif di kelas maupun sekolah Anda setelah mempelajari modul ini?
- Pengalaman seperti apakah yang pernah Anda alami terkait penerapan konsep-konsep inti dalam modul Budaya Positif baik di lingkup kelas maupun sekolah Anda?
- Bagaimanakah perasaan Anda ketika mengalami hal-hal tersebut?
- Menurut Anda, terkait pengalaman dalam penerapan konsep-konsep tersebut, hal apa sajakah yang sudah baik? Adakah yang perlu diperbaiki?
- Sebelum mempelajari modul ini, ketika berinteraksi dengan murid, berdasarkan 5 posisi kontrol, posisi manakah yang paling sering Anda pakai, dan bagaimana perasaan Anda saat itu? Setelah mempelajari modul ini, posisi apa yang Anda pakai, dan bagaimana perasaan Anda sekarang? Apa perbedaannya?
- Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan segitiga
- restitusi ketika menghadapi permasalahan murid Anda? Jika iya, tahap mana yang Anda praktekkan dan bagaimana Anda mempraktekkannya?
- Selain konsep-konsep yang disampaikan dalam modul ini, adakah hal-hal lain yang menurut Anda penting untuk dipelajari dalam proses menciptakan budaya positif baik di lingkungan kelas maupun sekolah?
Ki Hadjar Dewantara menyatakan bahwa, untuk mencapai pendidikan yang merdeka, syarat utamanya adalah self discipline yang kuat. Self discipline harus didasarkan pada motivasi internal, atau motivasi eksternal untuk mendisiplinkan, jika diperlukan. Untuk melatih self discipline murid, maka budaya positif harus diterapkan di sekolah. Dimulai dari teori kontrol yang dikemukakan oleh Dr. William Glasser, posisi kontrol diri murid adalah dirinya sendiri. Guru akan dapat mengontrol murid ketika murid mengizinkan dirinya dikontrol oleh orang lain. Dari penjelasan ini, dapat dikatakan bahwa motivasi tertinggi adalah motivasi dari dalam diri sendiri (motivasi internal). Motivasi internal murid yang tinggi dapat membuat self discipline tinggi, sehingga visi sekolah yang selaras dengan filosofi pendidikan KHD dan profil pelajar Pancasila akan terwujud.
Dalam budaya positif, dijelaskan bahwa disiplin adalah suatu bentuk control diri agar dapat mencapai tujuan yang mulia yang mengacu pada nilai-nilai kebajikan, contohnya profil pelajar Pancasila. Motivasi internal tidak serta merta dimiliki oleh semua murid. Motivasi internal harus dilatih dan dikembangkan. Ada 3 tingkatan motivasi menurut Dianne Gossen, yaitu : 1) untuk menghindari hukuman; 2) untuk mendapat penghargaan dari orang lain; dan 3) untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya. Motivasi internal ada pada teori motivasi ketiga, dan motivasi terendah adalah motivasi untuk menghindari hukuman, yaitu teori motivasi pertama.
Hukuman adalah sesuatu yang bersifat tidak terencana, murid tidak dilibatkan dalam penentuan hukuman, bersifat satu arah, bisa berupa fisik maupun psikis. Hukuman biasanya bersifat memaksa, dan dapat menyakitkan murid dalam jangka panjang. Selain hukuman, ada pula istilah konsekuensi, yang sudah terencana dan disepakati oleh kedua belah pihak, sehingga murid sudah memahami bagaimana cara memperbaiki kesalahannya.
Motivasi kedua yaitu motivasi untuk mendapat penghargaan dari orang lain. Namun, baik hukuman maupun penghargaan, keduanya dapat menghancurkan potensi untuk pembelajaran yang sesungguhnya. Penghargaan juga dapat menjadi hukuman bagi murid-murid yang gagal mendapat penghargaan itu, sehingga kedua hal tersebut tidak baik diterapkan dalam jangka panjang. Maka dari itu, motivasi terbaik adalah motivasi jenis ketiga, karena memandang bahwa dirinya berharga, dan memandang bahwa pembelajaran yang mereka dapat adalah sebuah penghargaan itu sendiri, sehingga meskipun tidak ada hukuman maupun penghargaan, mereka akan tetap menjunjung tinggi nilai kebajikan.
Nilai-nilai kebajikan juga dapat dibuat sendiri oleh murid, dalam bentuk keyakinan kelas/sekolah. Keyakinan merupakan nilai nilai kebajikan universal yang disepakati secara tersirat dan tersurat, terlepas dari latar belakang suku, Negara, bahasa, ataupun Agama. Keyakinan kelas terbentuk dari proses curah pendapat antara guru dan murid, sehingga murid ikut berkontribusi dalam membuat nilai-nilai kebajikan yang mereka anggap benar, serta menerapkan pada dirinya sendiri.
Jika murid melanggar keyakinan kelas, maka pasti ada kebutuhannya yang kurang terpenuhi. Kebutuhan dasar manusia terdiri dari 5 jenis, yaitu kebutuhan bertahan hidup (survival), merasa diterima (love and belonging), kebebasan (freedom), kesenangan (fun), dan penguasaan (power). Terdapat 5 posisi control guru saat menangani kesalahan yang dilakukan murid, yaitu posisi penghukum (menggunakan hukuman berupa fisik maupun verbal), posisi pembuat merasa bersalah (menggunakan keheningan untuk membuat murid merasa tidak nyaman, bersalah, dan rendah diri), posisi teman (mengontrol murid melalui persuasi baik positif maupun negatif), posisi pemantau (berdasarkan peraturan dan konsekuensi), serta posisi manager (mempersilahkan murid untuk menemukan solusi atas permasalahannya, mempersilahkan murid untuk bertanggungjawab). Posisi terbaik guru adalah sebagai manager, karena dapat melatih sikap disiplin positif murid, yaitu mandiri, bertanggungjawab, dan dapat memecahkan masalah. Guru yang berada pada posisi manager, menggunakan teknik segitiga restitusi untuk menyelesaikan masalah murid.
Segitiga restitusi terdiri dari 3 sisi, yaitu menstabilkan identitas, validasi tindakan yang salah, dan menanyakan keyakinan. Tahap menstabilkan identitas dibutuhkan untuk menggeser identitas murid yang gagal menjadi sukses, untuk membuat murid siap melakukan introspeksi diri. Tahap validasi tindakan yang salah adalah identifikasi kesalahan murid karena ada kebutuhan dasar yang belum terpenuhi. Tahap menanyakan keyakinan adalah mencocokkan perilaku yang dilakukan dengan keyakinan atau nilai kebajikan yang dipercaya oleh murid. Dengan 3 tahap segitiga restitusi, motivasi intrinsik murid untuk menjadi orang yang lebih baik akan berkembang, sehingga murid tidak akan mengulangi kesalahannya lagi di kemudian hari.
Saya merasa senang mendapat banyak ilmu baru dari modul 1.4 tentang budaya positif ini, yang pada akhirnya membuka mata saya tentang bagaimana seharusnya memerdekakan murid. Saya tidak menyangka bahwa ada beberapa tindakan saya yang ternyata termasuk dalam budaya positif, seperti segitiga restitusi namun tidak semua tahap saya lakukan. Juga ada beberapa materi yang membuat saya semakin sadar bahwa saya belum dapat dikatakan baik menjadi seorang guru. Saya kurang memberikan murid saya kebebasan untuk mempertanggungjawabkan dan mandiri untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.
Saya menyadari bahwa ternyata dalam pembelajaran, saya sering menggunakan posisi kontrol sebagai pembuat merasa bersalah. Saya menyadari bahwa posisi control yang saya ambil kurang tepat. Namun, posisi control sebagai manager sudah pernah juga saya lakukan untuk kasus-kasus berat, namun tahapan segitiga restitusi tidak saya lakukan semua. Biasanya saya langsung menuju tahapan validasi tindakan yang salah dan menanyakan keyakinan, tanpa menstabilkan identitas terlebih dahulu. Padahal, proses menstabilkan identitas juga penting, agar murid tidak terpuruk pada kesalahannya sendiri dan menjadi rendah diri, dan menjadi lebih siap untuk introspeksi diri. Untuk penanganan selanjutnya, saya akan mencoba memposisikan diri sebagai manajer, dan menggunakan semua tahapan segitiga restitusi, untuk mengembangkan self discipline dan kemampuan bertanggungjawab murid.
Saya juga tidak pernah membuat keyakinan kelas sebelumnya. Yang saya terapkan di kelas-kelas saya berupa peraturan dan konsekuensi, tapi saya tidak menggunakan hukuman, karena saya dan murid saya sudah melakukan perjanjian tentang konsekuensi akan pelanggaran yang mereka lakukan, contohnya, ketika ada murid yang tidak mengumpulkan tugas fisika tepat waktu, maka mereka diwajibkan untuk menulis rumus fisika di buku mereka dengan kriteria, setiap 1 tugas yang tertinggal, wajib menulis 25 rumus fisika. Namun, pada tahun ajaran baru ini, saya tidak lagi menerapkan aturan dan konsekuensi, tapi mulai menerapkan keyakinan di beberapa kelas yang saya ajar. Pertemuan awal dengan murid-murid saya isi dengan membuat keyakinan kelas. Ternyata, pembuatan keyakinan kelas mendapat dukungan positif dari murid-murid saya, karena mereka merasa mendapat hak untuk menentukan keyakinan yang akan kami taati. Keyakinan yang kami buat, tidak hanya akan dipatuhi oleh murid-murid, tapi juga akan dipatuhi oleh saya sebagai pendidik, sehingga murid merasa adil dan berlomba-lomba untuk mentaati keyakinan kelas yang kami buat. Mereka juga diberi kebebasan menulis keyakinan keyakinan yang menurut mereka perlu diterapkan di kelas, sehingga mereka sangat menikmati proses pembuatan keyakinan kelas yang saya terakan. Keyakinan kelas yang sudah disetujui, akan ditandatangani oleh ketua kelas sebagai wakil dari murid-murid, yang menyatakan bahwa keyakinan kelas sudah disahkan bersama, dan semua warga kelas wajib mentaatinya.
Praktik baik yang sudah dilakukan di sekolah saya adalah cinta tanah air, yang diwujudkan dengan selalu hormat bendera pada saat bendera dinaikkan maupun diturunkan. Semua murid dan guru sudah melakukan hal yang sama, sebagai wujud cinta tanah air kita. Selain itu, budaya salam setiap pagi pada saat masuk sekolah sudah kami tanamkan, sebagai wujud sopan santun kepada guru. Saya juga sudah menerapkan pembelajaran yang berpusat pada murid dalam bentuk proyek, yang ternyata dapat memfasilitasi semua jenis belajar murid, dan mendapat respon yang positif. Untuk selanjunya, praktik baik yang akan saya lakukan adalah tentang peduli lingkungan, yang dimulai dari peduli kebersihan kelas dan membawa botol minum tiap hari sebagai upaya untuk mengurangi sampah botol plastik.
Saya harap, ilmu yang saya dapat ada modul 1.4 bisa saya implementasikan untuk memerdekakan murid, dan mengembangkan profil pelajar Pancasila murid.
E. AKSI NYATA MODUL 1.4
F. REFLEKSI DWIMINGGUAN MODUL 1.4 DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU 2
- Penerapan segitiga restitusi untuk menyelesaikan masalah
- Menjalankan praktik baik saya tentang "MERU BETIRI" yaitu membawa botol minum atau tumbler setiap hari, untuk mereduce sampah botol plastik sebagai wujud peduli lingkungan dalam mengurangi sampah plastik

Posting Komentar
Posting Komentar