- Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki
kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
Dalam mengambil keputusan, pemimpin harus berpegang teguh pada pratab Triloka, yaitu ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, dan tut wuri handayani. Ing ngarsa sung tuladha, yaitu di depan memberi contoh, yang artinya di depan menjadi teladan, sehingga seorang pemimpin harus mengambil keputusan dengan bijak. Ing madya mangun karsa, yaitu ditengah memberi motivasi, sehingga keputusan yang diambil bisa membuat semua warga sekolah meningkatkan kompetensi dirinya. Tut wuri handayani, yaitu di belakang mendukung, sehingga keputusan yang diambil dapat mendorong semua warga sekolah untuk semakin berkembang.
- Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Kita meyakini nilai-nilai kebajikan universal seperti Profil Pelajar Pancasila (beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia; mandiri; bernalar kritis; berkebhinnekaan global; gotong royong; dan kreatif), IBO Primary Years Program (toleransi; rasa hormat; integritas; mandiri; menghargai; antusias; empati; keingintahuan; kreativitas; kerjasama; percaya diri; dan komitmen), the Seven Essential Virtues (empati; suara hati; control diri; rasa hormat; kebaikan; toleransi; dan keadilan), dan lainnya. Nilai-nilai kebajikan yang tertanam pada diri kita inilah yang akan menjadi pertimbangan dalam menentukan prinsip yang diambil dan merujuk pada suatu keputusan. Contohnya, jika kita meyakini nilai komitmen atau kedisiplinan dalam diri kita, maka prinsip pengambilan keputusan yang diambil adalah berpikir berbasis peraturan. Jika kita meyakini nilai empati dalam diri kita, maka prinsip pengambilan keputusan yang diambil adalah berpikir berbasis rasa peduli.
- Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.
Pengambilan keputusan sangat membutuhkan keterampilan coaching, sehingga keputusan yang diambil dapat memaksimalkan potensi pribadi dan profesional yang dimiliki. Keputusan yang baik dan benar adalah keputusan yang sesuai dengan potensi orang-orang yang terlibat didalamnya. Selain itu, keputusan yang baik juga harus diambil oleh orang yang terlibat didalamnya, bukan dari orang lain diluar lingkup permasalahan. Agar orang-orang yang terlibat didalamnya dapat merujuk pada suatu keputusan, maka diperlukan keterampilan coaching.
- Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?
Dilema etika dalah permasalahan yang terjadi antara kedua pilihan yang benar. Saat kita sebagai guru mengalami permasalahan yang termasuk dilema etika, maka pada mulanya kita harus memiliki keterampilan sosial dan emosional yang baik. Dalam pengambilan keputusan, kita harus menyadari potensi diri sendiri dan dapat memahami perasaan sendiri (kesadaran diri), dapat mengontrol emosi (manajemen diri), dapat berpikir dan menerima sudut pandang orang lain (kesadaran sosial), dapat bekerjasama dengan orang lain (keterampilan berelasi), dan dapat mengambil keputusan yang tepat bagi semua pihak dengan resiko kecil, serta bersedia bertanggungjawab atas rasiko dari keputusan yang diambil (pengambilan keputusan yang bertanggungjawab). Kelima keterampilan sosial emosional ini harus kita miliki, agar keputusan yang diambil tepat.
- Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Sebelum membahas studi kasus, identifikasilah kasus tersebut terlebih dahulu, apakah kasus tersebut termasuk dalam bujukan moral atau dilema etika. Jika termasuk dalam kasus bujukan moral, maka ambilan keputusan di pihak yang benar menurut hokum dan sesuai dengan nilai-nilai kebajikan yang kita anut, karena bujukan moral adalah permasalahan antara benar dan salah. Jika kasus termasuk dalam jenis dilema etika, kita dapat menggunakan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan, yang terdiri dari :
2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini
3. Mengumpulkan fakta fakta yang relevan dengan situasi ini
4. Menguji benar/salah, yang terdiri dari 5 uji yaitu uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji publikasi, dan uji panutan.
5. Menguji paradigm benar lawan benar
6. Melakukan prinsip revolusi
7. Menginvestigasi opsi trilema
8. Membuat keputusan
9. Menguji keputusan dan merefleksikan
Dalam melakukan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan harus menujuk pada nilai-nilai kebajikan yang dianut.
- Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Untuk mengambil keputusan dengan tepat, maka kita dapat melibatkan pemikiran atau sudut pandang seluruh pihak yang terlibat, sehingga keputusan yang diambil tidak hanya menguntungkan salah satu pihak namun merugikan di pihak lain, serta memiliki resiko yang paling kecil dan aman. Sudut pandang yang berbeda dapat membantu kita untuk berpikir secara luas, sehingga keputusan yang diambil dapat menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
- Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Sebagai seorang guru, tantangan yang ada di lingkungan saya adalah kurangnya komunikasi antara guru dan wali murid. Kurangnya komunikasi antara guru dan wali murid membuat adanya perbedaan pandangan , terutama pandangan tentang nilai kejujuran murid. Perbedaan paradigma juga menjadi penyebab dilema etika sering muncul, yaitu jangka pendek lawan jangka panjang. Contohnya seperti permasalahan menyontek saat ujian berlangsung. Murid yang memiliki pandangan lebih baik mencontek daripada membuat orang tua marah karena nilai ulangannya jelek, dapat membuat nilai kejujurannya kurang dalam jangka panjang. Maka dari itu, diperlukan pertemuan rutin antara guru dan wali murid agar paradigam yang diyakini sama.
- Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?
Murid adalah individu yang unik, yang memiliki potensi berbeda-beda. Pengambilan keputusan harus berpijak pada 3 dasar pengambilan keputusan, salah satunya adalah berpihak pada murid. Untuk menciptakan pembelajaran yang memerdekakakan murid sebagai wujud dari keberpihakan pada murid, maka kita sebagai guru dapat menerapkan pembelajaran berdiferensiasi sehingga dapat sesuai dengan potensi dan kemampuan murid.
- Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Agar seorang pemimpin pembelajaran dapat mengambil keputusan yang nantinya mempengaruhi masa depan murid muridnya, maka pemimpin pembelajaran harus menyesuaikan pengambilan keputusan dengan 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, serta menggunakan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Semua hal tersebut harus dipikirkan dengan baik karena masa depan (hasil akhir dan dampak jangka panjang) murid dapat terpengaruh.
- Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Pengambilan keputusan sebagai pemimpin pada modul 3.1 berkaitan dengan modul modul sebelumnya. Pengambilan keputusan harus berdasar pada 3 aspek, yaitu berpihak pada murid (filosofi pendidikan ki Hadjar Dewantara dan pembelajaran berdiferensiasi), berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal (budaya positif), dan bertanggungjawab terhadap segala konsekuensi dari keputusan yang diambil (memiliki keterampilan social dan emosional yang baik). Dalam menelaah permasalahan yang termasuk dalam dilema etika, kita harus memiliki keterampilan coaching yang baik dan dapat dilakukan dengan tahapan TIRTA. Penyelesaian kasus dilema etika harus sesuai dengan potensi yang dimiliki (berbasis inkuiri apresiatif), dan jika penyelesaian dalam bentuk suatu program yang diterapkan di sekolah, maka dapat menggunakan tahapan BAGJA dan RASA.
- Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?
Perbedaan bujukan moral dan dilema etika adalah, jika bujukan moral terdiri dari benar dan salah, sedangkan dilema etika terdiri dari benar dan benar. Untuk mengambil keputusan yang benar, maka kasus dilema etika harus dianalisis menggunakan 4 paradigma, yaitu paradigm individu lawan kelompok, rasa keadilan lawan rasa kasihan, kebenaran lawan kesetiaan, dan jangka pendek lawan jangka panjang. Selain itu, terdapat 3 prinsip pengambilan keputusan yang harus dipikirkan, yaitu brpikir berbasis hasil akhir (End based thinking), berpikir berbasis peraturan (rule based thinking), dan berpikir berbasis rasa peduli (care based thinking). Secara lengkap, terdapat 9 tahap pengambilan dan pengujian keputusan yang harus dilaksanakan untuk menghasilkan satu keputusan yang tepat. Banyak hal-hal yang diluar dari dugaan saya selama ini. Selama ini, menurut saya keputusan yang paling baik adalah keputusan yang sesuai dengan peraturan yang telah berlaku, namun ternyata berpikir berbasis peraturan tidak selalu merupakan keputusan yang tepat bagi semua pihak.
- Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
Sebelum saya mempelajari modul ini, saya pernah menerapkan pengambilan keputusan yang termasuk bujukan moral maupun dilema etika, yaitu dengan berpikir berbasis peraturan. Namun ternyata, tidak semua prinsip berpikir berbasis peraturan merupakan keputusan yang tepat, karena terkesan kaku, dan kadang juga dapat merugikan pihak lain. Maka setalah saya mempelajari modul ini, saya menemukan bahwa prinsip pengambilan keputusan tidak hanya berbasis peraturan, tapi juga ada berbasis hasil akhir yang merupakan keputusan paling terbaik untuk banyak orang, serta berbasis rasa peduli yang merupakan keputusan berdasarkan hati nurani sebagian besar orang. Setelah mempelajari modul ini, pemikiran saya lebih fleksibel untuk mengambil keputusan yang tepat.
- Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
Sebelum saya mempelajari modul ini, pengambilan keputusan yang saya lakukan bersifat kaku, dan akhirnya menjadi lebih fleksibel, sesuai hati nurani, namun tetap sesuai dengan nilai-nilai kebajikan yang saya yakini.
- Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?
Sangat penting, agar saya dapat menjadi pemimpin yang bijak dalam mengambil keputusan, serta keputusan yang diambil dapat mendorong dan memotivasi orang lain untuk semakin berkembang.


Pemaparan materi yang lengkap dengan koneksi yang tepat....
BalasHapusPemaparan materinya cukup lengkap dan mengispirasi.
BalasHapusIni juga ga kalah keren pemaparan materi nya..luar biasa mbk Ika..
BalasHapusLuar biasa...tetap semangat Bu Ika 👍🙏
BalasHapus